Penduduk miskin Indonesia bertambah 1,63 juta karena Covid-19

Peningkatan jumlah penduduk miskin lebih banyak terjadi di kota dibandingkan dengan pedesaan
Penduduk miskin Indonesia bertambah 1,63 juta karena Covid-19

Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan jumlah penduduk miskin Indonesia pada Maret 2020 bertambah 1,63 juta dari September 2019 menjadi 26,42 juta orang.

Sementara bila dibandingkan dengan Maret 2019, terjadi peningkatan jumlah penduduk miskin sebanyak 1,28 juta orang.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan persentase penduduk miskin pada Maret 2020 menjadi 9,78 persen atau meningkat dari September 2019 yang sebesar 9,22 persen dan juga meningkat dari Maret 2019 yang sebesar 9,41 persen.

Untuk diketahui BPS melakukan melakukan penghitungan angka kemiskinan secara nasional pada Maret dan September setiap tahun.

“Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia sejak awal Maret berdampak pada perubahan perilaku, aktivitas ekonomi, dan pendapatan penduduk sehingga menambah jumlah orang miskin baru,” jelas Suhariyanto dalam konferensi pers virtual, Rabu.

Penyebab pertumbuhan jumlah penduduk miskin lainnya adalah adanya perlambatan pengeluaran konsumsi rumah tangga pada kuartal pertama 2020 yang hanya tumbuh 2,84 persen.

Kuartal pertama tahun lalu konsumsi rumah tangga sebesar 5,02 persen.

“Sektor pariwisata dan pendukungnya juga terpuruk sejak Februari lalu walaupun Covid-19 baru terjadi di Indonesia pada Maret,” lanjut dia.

Suhariyanto mengatakan walaupun inflasi terjaga, namun harga eceran beberapa komoditas pokok pada periode September 2019 hingga Maret 2020 naik sehingga berdampak pada peningkatan jumlah penduduk miskin.

Kenaikan harga komoditas pokok tersebut antara lain beras 1,78 persen, daging ayam ras 5,53 persen, minyak goreng 7,06 persen, telur ayam ras 11,1 persen, dan gula pasir 13,35 persen.

Kemudian, dampak dari Covid-19 juga membuat penduduk hampir miskin jatuh menjadi penduduk miskin karena dampak terbesar pandemi dirasakan oleh masyarakat penghasilan rendah.

“Peningkatan jumlah penduduk miskin lebih banyak terjadi di kota dibandingkan dengan pedesaan,” ungkap Suhariyanto.

Penduduk miskin di perkotaan pada Maret 2020 tumbuh menjadi 7,38 persen dari sebelumnya 6,56 persen pada September 2019 dan juga 6,69 persen pada Maret tahun lalu.

Sementara persentase penduduk miskin di desa sebesar 12,82 persen naik dari 12,6 persen pada September tahun lalu, namun persentase kemiskinan di desa mengalami bila dibandingkan dengan Maret tahun lalu yang sebesar 12,85 persen.

Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep basic needs approach (kemampuan memenuhi kebutuhan dasar).

Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur menurut garis kemiskinan (makanan & bukan makanan).

Suhariyanto mengatakan metode ini sudah dipakai sejak 1998 agar hasil penghitungannya konsisten dan bisa terukur dari waktu ke waktu.

Sedangkan definisi penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan, ujar dia.

Dia mengatakan pada Maret 2020 terjadi peningkatan garis kemiskinan sebesar 3,2 persen dari September 2019 yang sebesar Rp440.538 per kapita per bulan menjadi Rp454.652 per kapita per bulan.

Angka garis kemiskinan tersebut terdiri dari 73,86 persen garis kemiskinan makanan dan 26,14 persen bukan makanan.

Kemudian, bila dilihat per rumah tangga miskin, maka jumlah garis kemiskinan per rumah tangga secara nasional menjadi Rp2.118.678 per rumah tangga dengan catatan rata-rata rumah tangga miskin di Indonesia memiliki 4,66 anggota keluarga.